![]() |
Proses penggilingan buah ceri merah |
Saat sebutir biji kopi dipetik dari batangnya, biasanya berisi dua
ulas green bean. Namun, tidak mustahil jika isi sebutir biji kopi hanya
berisi sebutir green bean. Petani kopi arabika di Dataran Tinggi Gayo
Aceh Tengah menyebut kopi berbiji tunggal itu sebagai “kopi rawan” atau
“kopi lanang.” Bijinya mirip kacang polong yang oleh masyarakat
internasional disebut peaberry coffee.
Peneliti dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember, Jawa Timur, Dr Ir
Sri Mulato, MS, mengatakan kejadian biji tunggal pada kopi lanang bukan
tanpa alasan.
“Hal itu bisa terjadi karena anomali pembuahan. Hasilnya,
lahirlah biji tunggal dan bersifat infertil,” kata Mulato.
Dari setiap batang, kopi biji tunggal ini hanya ditemukan sebanyak 10%,
oleh karena tingginya tingkat kesulitan mengumpulkan biji kopi sehingga
harganya lebih mahal daripada kopi berbuah normal. Green bean kopi
tunggal jenis arabika ini dijual seharga Rp.90.000 per Kg, sementara
green bean kopi arabika yang memiliki dua ruas seharga Rp. 55.000 per
Kg.
Adalah
Mursada M. Rasyid (30) seorang petani kopi arabika asal Kampung Tawarmiko
Aceh Tengah yang serius menangani pengumpulan dan menyortir kopi
tunggal itu. Saat ini dia mengaku memiliki stok sebanyak 28 Kg hasil
sortiran dari kebunnya, termasuk hasil pembelian dari petani sekitarnya.
Produk kopi penuh sensasi ini, dijualnya kepada seorang pengusaha
coffee roaster di Jakarta.
Memang peaberry coffee belum seterkenal kopi luwak, antara lain karena
belum ditemukan khasiatnya. Namun beberapa penikmat kopi sudah terlanjur
jatuh cinta kepada kopi beruas tunggal ini. Salah seorang yang
konsisten meminum peaberry coffee adalah Irwandi Yusuf, Gubernur Aceh.
Sampai-sampai pengusaha kopi dari Bergendaal Koffie Kabupaten Bener
Meriah sempat kehabisan stok saat Gubernur Aceh memesan sebanyak 5 Kg
sekaligus.
Bagi Mursada, ketertarikannya kepada peaberry coffee saat dia menemukan
setumpuk sisa kotoran luwak di kebunnya. Saat ditelitinya, sebagian
besar biji kopi yang dimakan luwak itu adalah kopi beruas tunggal. Ini
yang menginspirasinya untuk mengumpulkan kopi ruas tunggal yang sekarang
mulai dikenal konsumen sebagai kopi penuh sensasi.
Padahal, dahulunya kopi ini digolongkan sebagai “pesel” yaitu kopi rusak
sehingga pedagang menolak membeli kopi yang berbodi kecil ini. Kini,
Mursada konsisten berkonsentrasi dalam mengumpulkan peaberry coffee.
Meskipun harganya tidak sefantastis kopi luwak, dia sangat yakin bahwa
ke depan akan memperoleh harga yang setara dengan kopi luwak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar