Minggu, 14 Desember 2014

Petani Kopi Gayo Tanam dan Rawat 124 Juta Pohon

Hamparan tanaman kopi di Dataran Tinggi Gayo
Sensasional, barangkali itulah ungkapan yang terlontar saat orang membaca judul tulisan ini. Apapun komentar pembaca, itulah fakta yang sebenarnya. Sebanyak 66.101 kepala keluarga yang bekerja sebagai petani kopi arabika, tidak pernah berhenti merawat, menaman dan merehabilitasi semua tanamannya.

Bertepatan dengan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional yang jatuh pada tanggal 28 Nopember lalu, para petani tersebut mendapat tugas tambahan untuk menanam kembali sebanyak 850.000 batang tanaman kehutanan. Kegiatan itu tidak terlepas dari upaya menyukseskan program nasional yang bernama Penanaman Satu Milyar Pohon.

Pohon apakah yang telah ditanam para petani itu sehingga jumlahnya mencapai 124 juta pohon? Mereka telah menanam pohon kopi dan lamtoro sebagai pohon pelindung di ladang-ladangnya. Sesungguhnya kopi merupakan tanaman kehutanan yang tingginya bisa mencapai 9 m sebagaimana ditemukan pertama sekali di hutan-hutan Ethiopia. 

Untuk memudahkan pemetikan, para petani memangkas (membonsai) pohon kopi, sehingga tingginya tinggal 1,5 sampai 2 meter. Pemangkasan itu harus dilakukan, salah satunya untuk memudahkan mereka memetik hasilnya. Namun, kalau dilihat tegakan pohon kopi persis seperti tegakan pohon di hutan hujan tropis dengan cover dan tajuknya mampu menutupi permukaan tanah dibawahnya.

Petani Gayo adalah petani kopi arabika yang bermukim di Kabupaten Aceh Tengah yang memiliki luas lahan mencapai 48.000 hektar, lalu petani Bener Meriah dengan lahannya seluas 39.490 hektar dan petani Gayo Lues dengan lahan seluas 7.800 hektar. Total lahan tanaman kopi yang dimiliki oleh 66.101 KK petani di tiga kabupaten itu mencapai 95.520 hektar. Untuk setiap hektar, terdapat 1.300 tegakan pohon kopi dan pohon pelindung (lamtoro).

Dengan demikian, total tegakan pohon yang terdapat di ladang-ladang mereka sebanyak 95.520 x 1.300 = 124.176.000 pohon (tanaman kopi arabika dan lamtoro). Setiap pohon kopi dan lamtoro diperkirakan mampu menyimpan karbon sebanyak 25 ton/hektar/pertahun, maka estimasi serapan karbon oleh 124.176.000 batang pohon tersebut mencapai 2.382.250 ton CO2 per tahunnya. 

Itulah prestasi yang telah dicapai para petani kopi arabika di Dataran Tinggi Gayo, disamping telah berhasil memasok devisa melalui ekspor kopi arabika Gayo. Bukankah sudah sepantasnya kita beri apresiasi kepada mereka? Bagaimana bentuk apresiasinya? Salah satunya dengan membeli atau mengkonsumsi produk kopi arabika Gayo yang kini telah memiliki sertifikat Indikasi Geografis.

Dengan demikian, secara tidak langsung kita telah mendorong mereka untuk terus menanam dan merawat tegakan pohon kopi. Jika semua lahan kritis telah mereka tanami dengan kopi dan lamtoro, selamatlah kawasan hutan kita. Kuncinya: mencintai produk dalam negeri berarti ikut mendukung kebangkitan bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar